MEMAHAMI BERPIKIR KRITIS 

PENDAHULUAN

                  Kemampuan berpikir kritis sudah saatnya ditanamkan kepada generasi muda Indonesia. Lepas dari fakta bahwa di negara asalnya, Amerika Serikat, pemikiran ini sudah dan sedang gencar-gencarnya digenjot di bangku sekolah dan kuliah, ketrampilan berpikir kritis memang salah satu bekal dalam menghadapi dunia yang makin kompleks  dimana banjir informasi melanda penghuninya lewat berbagai jejaring sosial di dunia maya. Tanpa kemampuan bernalar kritis, generasi muda Indonesia akan cenderung menelan informasi dari segenap penjuru jagad secara bulat-bulat tanpa olah pikir yang secara cermat dan bijak akan menyeleksi informasi yang benar dan terpercaya. Bukan hanya itu, namun ketika mengenyam pendidikan pun, kemampuan berpikir kritis sangat mereka perlukan untuk  memantapkan tujuan, menentukan berbagai cara mencapai tujuan tersebut, mempertimbangkan segala konsekuensi yang mungkin timbul akibat cara tersebut, menguji sekian banyak asumsi, menarik kesimpulan, sampai pada mengevaluasi hasil yang dicapai. Tak jarang pada proses ini terjadi revisi asumsi dan modifikasi penarikan kesimpulan. Tak jarang pula pada tahap tertentu mereka harus bersikap rendah hati secara intelektual, mau dengan terbuka menerima kesalahan pola pikirnya dan menerima kebenaran cara pikir orang lain. Karena sifatnya yang mendasari cara pikir ini, kemampuan berpikir kritis bukan hanya diperlukan ketika mempelajari materi kuliah dan menyelesaikan tugas, namun juga ketika seorang akademikus melakukan penelitian, mengkaji masalah sosial dan melakukan pengabdian masyarakat, sampai pada memimpin organisasi

               Konsep berpikir kritis sendiri didefinisikan oleh Ennis (1987) sebagai  cara pikir yang bermula dari penentuan masalah atau pertanyaan secara jelas, yang disusul oleh pencarian informasi dan bukti yang terpercaya dengan mempertimbangkan semua situasi yang ada, kemudian menentukan solusi yang paling tepat, plus dengan kesadaran penuh akan segala konsekuensinya. Semua itu masih harus diimbangi dengan kesediaan berpikiran terbuka, mempertimbangkan beberapa alternatif, dan menarik kesimpulan (inferring) dari semua implikasi alternatif tersebut. Ini akan menjadi sempurna jika dibarengi dengan sikap rendah hati, peka terhadap perasaan dan pengetahuan pihak lain.

PEMBAHASAN

 A.   Makna Berpikir Kritis

                 Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini (Patrick, 2000:1). Definisi berpikir kritis banyak dikemukakan para ahli.

Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju.

Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995: 6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.

Dari dua pendapat tersebut, tampak adanya persamaan dalam hal sistematika berpikir yang ternyata berproses. Berpikir kritis harus melalui beberapa tahapan untuk sampai kepada sebuah kesimpulan atau penilaian.

B.   Karakteristik Berpikir Kritis

Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:
(1) kegiatan merumuskan pertanyaan,
(2) membatasi permasalahan,
(3) menguji data-data,
(4) menganalisis berbagai pendapat dan bias,
(5) menghindari pertimbangan yang sangat emosional,
(6) menghindari penyederhanaan berlebihan,
(7) mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan
(8) mentoleransi ambiguitas.

Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer (1995: 12-15) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:

a.  Watak (dispositions)

Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.

b. Kriteria (criteria)

Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.

c. Argumen (argument)

Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.

d. Pertimbangan atau pemikiran (reasoning)

Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.

e. Sudut pandang (point of view)

Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

f. Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria)

Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.

C.   Tahapan Berpikir Kritis

a. Keterampilan Menganalisis

Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut

b. Keterampilan Mensintesis

Keterampilan mensintesis merupakan keterampilan yang berlawanan dengan keteramplian menganallsis. Keterampilan mensintesis adalah keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru.

c. Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah

Keterampilan ini menuntut pembaca untuk memahami bacaan dengan kritis sehinga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap beberapa pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep.
d. Keterampilan Menyimpulkan

Keterampilan ini menuntut pembaca untuk mampu menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu formula baru yaitu sebuah simpulan.

e. Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai ]

Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai menghendaki pembaca agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan standar tertentu

KESIMPULAN

Berpikir kritis harus melalui beberapa tahapan untuk sampai kepada sebuah kesimpulan atau penilaian.   Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi: (1) kegiatan merumuskan pertanyaan, (2) membatasi permasalahan, (3) menguji data-data,
(4) menganalisis berbagai pendapat dan bias, (5) menghindari pertimbangan yang sangat emosional, (6) menghindari penyederhanaan berlebihan,
(7) mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan (8) mentoleransi ambiguitas.   Tahapan Berpikir Kritis  : a. Keterampilan Menganalisis ; b. Keterampilan Mensintesis ; c. Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah ; d. Keterampilan Menyimpulkan ; e. Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai ;

DAFTAR PUSTAKA

http://blog.tp.ac.id/keefektifan-penerapan-paduan-model-pembelajaran-problem-solving-dan-kooperatif-tipe-stad-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-dan-berpikir-kritis

Anonimus. 2003. Berpikir kritis.  www.iss.stthormas.edu/studyguides/Indonesia-Malay/crtthn.htm

http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1815:kemampuan-berpikir-kritis-untuk-generasi-muda-kita&catid=159:artikel-kontributor

Leave a comment